Hari ini di IG dan Tiktok ramai membahas logika Abu Janda. "Tunjukkan dalam Al Quran dan Al Hadits yang menyebutkan haram mengucapkan selamat natal", kurang lebih katanya .
Orang yang belajar ushul fikih, fikih, ulumul quran, tafsir, musthalah hadits, hadits, dll akan tahu bahwa pernyataan di atas adalah wujud kebodohan pada agama.
Mana paham dia tentang mafhum, manthuq, 'amm, khas, mutlaq, muqayyad, hadits mukhtalif, nasakh, tarjih, dll. Cara beragama semacam Abu Janda itu bukan hanya berbahaya tapi sebenarnya dilakukan untuk memuaskan syahwat pengarah dan pengikutnya saja.
Logika yang sama dilakukan oleh Ade Armando. Katanya, "Tidak ada kewajiban shalat 5 waktu dalam al-Quran". Pengurus MUI akhirnya sampai angkat bicara. Viral lalu redup.
Jangan-jangan ini misi dari, "Jangan belajar agama terlalu mendalam!" Hmm.
Apakah logika semacam ini hanya datang dari orang yang tidak pernah belajar agama secara benar? Tidak juga. Orang bisa menggunakan logika ini saat membela dan menolak sesuatu secara membabi buta. Contohnya?
Pak Mahfud MD pernah berkata, "Tidak ada sistem negara khiIafah di dalam al Quran". Logika yang sama bukan? Misinya sama, yaitu dalam rangka menolak dan menggiring penolakan. Namun dengan logika prematur.
https://nasional.tempo.co/read/1264909/acara-kahmi-mahfud-md-tak-ada-sistem-negara-khiIafah-di-quran
Sebelumnya, Gus Nadirsyah Hosen juga mengatakan hal yang sama. Tidak ada istilah khiIafah dalam al Quran. Logika tersebut digunakan untuk membangkitkan penolakan masal dari kalangan awam.
https://nadirhosen.net/tsaqofah/tafsir/istilah-khiIafah-tidak-ada-dalam-al-quran/
Kalau Ust Ahmad Sarwat lebih maju. Beliau membahas berbagai bentuk kata khaIifah dalam Al Quran. Namun sebatas pada kajian bahasa, asbabun nuzul dan tafsir ayat dalam Al Quran saja. Kecanggihan ushul fiqih saat membahas fikih haidh dan istihadhah, sama sekali tidak muncul saat berbicara penerapan syariah Islam dan konsep kekuasaan (paling tidak dalam salah satu tulisan beliau di bawah ini).
https://www.ngopibareng.id/read/khiIafah-dalam-al-quran-ini-pandangan-pakar-fikih-1988672
Masih ada orang pintar lain yang berlogika begitu? Wallahi sering saya jumpai dalam diskusi-diakusi ilmiah. Padahal mereka adalah orang yang sudah belajar syarah al Waraqat, Jam'ul Jawami', Al Itqan fi Ulumil Quran, Tadribur Rawi, dll.
Kalau saya malas tanggapi secara serius, kadang saya berseloroh, "'buang' saja kitab-kitab fikih, ushul fiqih, hadits, musthalah hadits, tafsir, dan ulumul quran yang engkau koleksi itu, percuma!". Mengapa? Karena ujung-ujungnya hanya cari teks dalam Al Quran.
Sumber : fb Yuana Ryan Tresna https://www.facebook.com/profile.php?id=100068718127992
YRT
Catatan: saya toleran dalam perbedaan fikih, tapi belum bisa toleran dalam hal kesalahan logika.. :)
Posting Komentar untuk "Logika"