Bencana Akhir Tahun ?

 _Prof. Fahmi Amhar_

_Peneliti Geoinformatika Multidisiplin, BRIN_

Akhir tahun 2024 menjadi momen penuh perenungan bagi masyarakat Indonesia, mengingat 20 tahun peristiwa tsunami Aceh 2004 yang menghancurkan wilayah tersebut. Tragedi ini menjadi salah satu bencana alam terbesar yang pernah dialami Indonesia, menewaskan lebih dari 230 ribu orang dan meninggalkan luka mendalam bagi bangsa. 


Kini, bayang-bayang ancaman bencana kembali muncul dengan adanya prediksi seorang peramal, Felin Ratu Ayu, yang menyebut kemungkinan terjadi tsunami megathrust di Jawa, bahkan Jakarta. Pernyataan ini memicu keresahan di tengah masyarakat, apalagi didukung oleh peringatan Kepala BMKG tentang cuaca ekstrem yang berpotensi menyebabkan banjir di Jakarta pada akhir tahun ini. Namun, penting untuk memisahkan fakta ilmiah dari spekulasi tak berdasar.

Geologi dan Meteorologi - Bencana yang Berbeda

Bencana geologis seperti gempa bumi dan tsunami memiliki sifat yang sangat berbeda dengan bencana meteorologis seperti banjir dan longsor. Hingga saat ini, ilmu pengetahuan belum mampu memprediksi waktu dan lokasi gempa bumi secara presisi. Meski begitu, mitigasi gempa tetap dapat dilakukan, terutama melalui pembangunan bangunan tahan gempa dan pelatihan masyarakat untuk tanggap darurat. 

Sementara itu, tsunami sebagai dampak dari gempa dapat diantisipasi melalui sistem peringatan dini (early warning system). Sistem ini memberi waktu belasan menit untuk evakuasi, meski keberhasilannya sangat bergantung pada ketersediaan ruang evakuasi yang memadai di daerah pesisir.

Sebaliknya, bencana meteorologis lebih dapat diprediksi dengan teknologi modern. Cuaca ekstrem, curah hujan tinggi, dan potensi banjir dapat dideteksi jauh sebelumnya, memungkinkan pemerintah dan masyarakat untuk bersiap. Namun, akurasi prediksi tidak menghapus kebutuhan akan kesiapan dan kewaspadaan. Penanganan banjir dan longsor membutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah, pemangku kepentingan, dan masyarakat.

Ilmu vs. Spekulasi

Kekhawatiran masyarakat sering kali diperburuk oleh informasi yang tidak berdasar, seperti ramalan Felin Ratu Ayu tentang tsunami megathrust. Ramalan seperti ini tidak memiliki landasan ilmiah dan hanya menimbulkan kepanikan. Sebagai perbandingan, sains selalu didasarkan pada data, pengamatan, dan metode yang terukur. Nabi Muhammad SAW bahkan memperingatkan agar umat Islam menjauhi peramal: “Barangsiapa bertemu peramal, lalu membenarkan ramalannya, maka ditolak sholatnya 40 hari.” (HR Muslim & Ahmad). Oleh karena itu, ramalan yang tidak didukung oleh sains, sekalipun dibungkus dengan kutipan kitab suci, sebaiknya diabaikan.

Kesiapan Menghadapi Bencana

Sebagai negara rawan bencana, Indonesia harus memprioritaskan mitigasi berbasis sains. Untuk gempa bumi, pembangunan bangunan tahan gempa harus menjadi standar, terutama di daerah dengan risiko tinggi. Pelatihan rutin bagi masyarakat untuk menghadapi gempa juga sangat penting. Sedangkan untuk tsunami, penguatan sistem peringatan dini dan penyediaan infrastruktur evakuasi yang memadai di pesisir adalah langkah mutlak.

Dalam menghadapi bencana meteorologis, edukasi dan sosialisasi tentang tanda-tanda bahaya serta langkah pencegahan harus terus digalakkan. Pemerintah juga perlu meningkatkan infrastruktur pengendalian banjir, seperti tanggul, drainase, dan pengelolaan ruang hijau.

Momen akhir tahun ini seharusnya menjadi pengingat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap bencana, bukan untuk menyebarkan ketakutan berdasarkan ramalan tanpa dasar ilmiah. Dengan memadukan sains, edukasi, dan koordinasi yang baik, masyarakat Indonesia dapat lebih tanggap menghadapi berbagai ancaman bencana. 

Yang terpenting, tetaplah berpegang pada ilmu pengetahuan dan menjauhi spekulasi, karena hanya dengan pendekatan rasional kita bisa melindungi diri dan keluarga dari bahaya yang mungkin terjadi. Sebagaimana tsunami Aceh 2004 mengajarkan kita untuk tidak meremehkan kekuatan alam, mari kita juga belajar untuk selalu mengutamakan sains dan logika dalam setiap langkah mitigasi bencana.  


Pada saat yang sama kita juga wajib merekatkan kohesi sosial agar siap saling menolong saat terjadi bencana. Juga terus meningkatkan iman dan taqwa, sehingga jika terkena bencana kita tetap bersabar, dan jika terhindar dari bencana, kita siap membantu mereka yang terkena musibah.

_Kedaulatan Rakyat, 23 Des 2024_

Sumber : https://www.facebook.com





Posting Komentar untuk "Bencana Akhir Tahun ?"